Cerbung : Petualangan Misteri Andrea dan Amalia (Bagian 7)


Cerita sebelumnya...

Lelaki berambut panjang itu, membuka kacamata hitamnya. Kak Ratih melihat seorang laki-laki bermata tajam dan ada luka goresan di atas matanya, tetapi ia tidak mengingat siapa laki-laki itu.

"Aku tidak mengenal kamu", ujar kak Ratih.

"Aku Edgar, lelaki yang mencintaimu Ratih, aku tidak bisa memikirkanmu sejak aku bertemu denganmu dirumah ini 2 tahun yang lalu, tetapi suamimu benar-benar tidak layak untukmu, hiduplah bersamaku", kata lelaki berambut panjang itu.

"Tentu, Edgar.. a-aku berterimakasih padamu, lelaki itu memang sangat mengerikan, aku ada hadiah untukmu", kata kak Ratih dengan suara bergetar.

Kak Ratih meraih tangan Edgar, membawanya ke dalam laboratorium suaminya. Edgar dan pria berambut cepak mengikutinya. Mereka melihat isi laboratorium suaminya.

"Ini catatan pembuatan obat milik suamiku, kamu bisa memilikinya sebagai hadiah dariku", kata kak Ratih dingin.

"Terimakasih", Edgar memberikan senyuman yang mengerikan.

"I-itu si-apa?", tanya lelaki berambut cepak ketika melihat akuarium berisi anak perempuan.

"Dia anakku, aku akan segera bertemu dengannya", kata kak Ratih.

Kak Ratih segera berlari keluar dari laboratorium, dan menekan cermin di lemari kayu. Laboratorium itupun terkunci. Kedua pria didalamnya menjadi panik.

"Wanita licik!! Keluarkan kami dari sini!!", kata Edgar.

Pria berambut cepak mencoba menembaki pintu, hingga pelurunya habis. Kak Ratih berlari menuju Andrea, Amalia, dan ibu Riana. Ia melepaskan tali yang mengikat mereka.

"Kalian, capekla lari.. (Kalian, cepatlah lari..) ", kata kak Ratih terburu-buru.

Andrea, Amalia dan ibu Riana segera keluar dari rumah kayu itu. Ibu Riana mencoba mengumpulkan kekuatan untuk lari. Setelah mereka berlari, kak Ratih menutup dan mengunci pintu rumah itu.

Andrea dan Amalia berteriak memanggil nama kak Ratih, "Uni Ratih!! UninRatih !!"

Di dalam rumah itu, kak Ratih menuangkan bensin ke seluruh bagian di rumahnya. Ia menyalakan api dan melemparkannya ke atas tumpahan bensin. Api mulai menyala, kedua pria yang terjebak dalam laboratorium terus berteriak-teriak.

Asap mulai menyebar dalam rumah itu, kak Ratih terbatuk-batuk hingga ia jatuh pingsan. Api terus berkobar menggerogoti rumah kayu itu.

Andrea dan Amalia berlari menuju rumah itu, namun pintu terkunci. Mereka berteriak memanggil kak Ratih, "Uni Ratih!! Uni Ratih !!"

Rumah kayu itu terbakar dengan cepat. Andrea dan Amalia menangis tidak bisa menyelamatkan kak Ratih.

***

Ayah si kembar dan warga kampung yang sedang menyusuri hutan melihat ada kobaran api. Mereka bergegas menuju sumber api tersebut.

Ketika mereka sampai disana, mereka melihat Andrea, Amalia dan ibu Riana sedang menatapi rumah yang terbakar itu. Ayah si kembar bergegas berlari menuju kedua putri kembarnya dan memeluknya.

"Ayaaahh...", si kembar memeluk ayah mereka sambil menangis tersedu-sedu.

"Alhamdulillah, Allah SWT masih manolong kalian, tarimokasih ya Allah (Alhamdulillah, Allah SWT masih melindungi kalian, terimakasih ya Allah) ", ucap ayah penuh haru.

Tiba-tiba, Andrea melambaikan tangannya. Ayah si kembar menatap dengan kebingungan.

"Waang dadah-dadah ko sia? (Kamu dadah-dadah ke siapa?) ", tanya ayah.

"Akhirnyo, urang tu basamo baliak yah (Akhirnya, mereka bersama lagi yah) ", kata Andrea.

"Urang tu? (Mereka?) "

Andrea melihat kak Ratih, Sukma dan pria berkumis bergandengan tangan. Mereka juga melambaikan tangan kepada Andrea.

"Salamaik tingga uni Ratih (Selamat tinggal kak Ratih) ", kata Andrea.

Warga kampung berusaha memadamkan api dari kran air yang berada di luar rumah. Namun, rumah itu sudah terbakar dengan cepat. Beruntung, api dapat dipadamkan sebelum menyebar ke pohon-pohon yang berada di hutan.

Ayah si kembar tak bisa melepaskan pelukannya dari kedua putrinya. Ia berjanji akan menjaga anak-anaknya lebih baik, dan tidak akan membiarkan mereka tinggal dengan ibu Riana lagi.

Para warga membantu menyelamatkan ibu Riana juga Andrea dan Amalia kembali kerumahnya. Ibu Riana tidak berhenti mengucapkan maaf kepada ayah si kembar atas kelalaiannya menjaga Andrea dan Amalia, namun ayah mereka sudah tidak mau hidup bersama dengan wanita itu lagi.

Selesai.




Komentar

Postingan Populer