Cerbung : Petualangan Misteri Andrea dan Amalia (Bagian 3)


Cerita sebelumnya...

Di rumah kak Ratih hanya tinggal Andrea dan Amalia dan beberapa binatang, seperti hamster, ikan, dan kelinci. Andrea berkeliling mengamati isi rumah itu. Ia melihat ada lukisan anak kecil berbaju putih, sekitar berumur 5 tahunan.

Di rumah itu ada beberapa kamar, kamar kak Ratih, kamar yang si kembar tempati dan 2 kamar lainnya. Andrea mencoba membuka salah satu pintu dari 2 kamar itu, tetapi kamar itu dikunci. Hal ini, membuat Andrea semakin penasaran untuk melihat isi di dalamnya.

Tetapi, tidak ada celah untuk mengintip isi kamar itu. Diapun kembali mengelilingi rumah itu. Ada sebuah cermin menempel pada lemari kayu, ia menatap wajahnya. Kemudian, muncul bayangan anak kecil dibelakangnya. Andrea terkejut dan melihat ke belakang, tetapi tidak ada siapa-siapa.

Andrea menyentuh cermin tersebut, dan kemudian pintu kamar yang terkunci itu terbuka. Perlahan, Andrea melangkah menuju pintu kamar tersebut. Ketika ia masuk, kamar itu begitu gelap, ia pun berusaha mencari saklar lampu. Klik. Kamar berubah terang, kamar yang besar dengan banyak peralatan disana. Peralatan yang tidak pernah Andrea lihat sebelumnya, banyak gelas-gelas kaca berisi cairan berwarna.

Lalu, dia melihat ada akuarium besar, berbentuk tabung dan apa yang ada didalamnya benar-benar membuat Andrea merinding. Ada seorang anak kecil perempuan disana, dia tidak bergerak, matanya tertutup. Sepertinya, anak itu adalah anak yang ada di lukisan.

"Capek pai dari siko (Cepat, pergi dari sini..)" , Andrea mendengar suara bisikan. Andrea merasa gemetar dan segera berlari secepat mungkin, keluar dari kamar itu.

Sesampai dikamar, Andrea segera mengajak Amalia untuk pergi dari rumah yang mengerikan itu.

"Am..Am.. ayok kito pai dari siko..(Ayo kita pergi dari sini)", kata Andrea gemetaran.

"Baa dek tu, An? (Kenapa, An?) Kamu seperti habis lihat hantu.."

"I-iyo..", kata Andrea.

"Hah..?? Ayok, capek kito pulang ka rumah..(Ayo kita vepat pulang ke rumah)", Amalia juga ikut merasa gemetaran.

Mereka segera berlari menuju pintu keluar rumah. Namun, pintu itu terkunci. Bahkan, jendelapun diteralis. Mereka tidak bisa kemana-mana.

***

Ibu Riana semakin gelisah. Kedua anak kembar itu belum juga pulang, dan ia belum menemukan alasan untuk dijelaskan kepada suaminya. Jika ia menjawab telepon, suaminya pasti meminta video call untuk melihat kedua putrinya.

Iapun menggigit kuku jempolnya dan mondar-mandir di depan pintu rumah. Setelah itu, Dia segera mengambil jaket, senter, sebotol air minum dan bareh randang (kue beras) ke dalam tasnya. Ibu Riana memutuskan untuk mencari Andrea dan Amalia sendirian saja. Para tetangga belum ada yang tahu kalau Andrea dan Amalia tidak ada di rumah.

Hari beranjak sore, ibu Riana terus menyusuri hutan tanpa arah yang jelas, ia bahkan tidak yakin bisa mengingat arah untuk kembali ke rumah. Kemudian, matanya tertuju pada sesuatu di tanah berumput, sebuah jepitan pita berwarna merah. Jepitan itu pasti punya Amalia, pikir ibu Riana.

Ibu Riana terus melanjutkan mencari si kembar, kini sudah malam. Dia memeriksa handphonenya, tidak ada sinyal, dan ada 10 panggilan tak terjawab dari ayah si kembar. Dia semakin merasa kesal dengan si kembar yang membuatnya harus berjalan malam-malam di dalam hutan.

Semakin lama ia berjalan, akhirnya ia menemukan sebuah cahaya, seperti ada rumah disana. Dengan nafas tersengal-sengal, dia mendekati rumah itu. Tiba-tiba sekelebat bayangan melewatinya. Entah bayangan apa. Ibu Riana menoleh kebelakang.

"BUKKK!"

Seseorang memukul kepala ibu Riana dengan benda keras dari belakang. Dari kepalanya mengalir darah, Iapun jatuh dan tak sadarkan diri.

Bersambung...

Komentar

  1. Keren, Kak. Dagdigdug bacanyaaa. Penasaran ini:3

    BalasHapus
  2. Padahal kalau anak"nya dijaga yg bener gak bakal nyusahin kamu loh..
    kamu aja yg nyusahin diri sendiri

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer