Cerbung : Petualangan Misteri Andrea dan Amalia (Bagian 2)


Malam semakin pekat. Kedua anak kembar itu belum juga menginjakkan kaki mereka di rumah. Ibu Riana, semakin khawatir jika suaminya menelepon dan anak-anak itu tidak ada dirumah.

Handphone ibu Riana berdering. Wajah ibu itu terlihat pucat, dia hanya memandang handphonenya tanpa mengangkat telepon itu.

***

Di tengah hutan, Andrea, Amalia dan kak Ratih berjalan di dalam kegelapan. Terdengar sayup-sayup suara jangkrik. Udara malampun begitu terasa dingin, Andrea dan Amalia tak sabar ingin pulang ke rumah.

Brukkk. Amalia terjatuh. Dia mengeluh kesakitan.

"Ondee.. sakiik..(Aduuh.. sakiitt..)", kata Amalia.

Amalia tersandung batu yang besar. Andrea sangat khawatir.

"Gawat, bantuaknyo sulik untuak pulang ka rumah kalian.. labiah rancak kito ubek kaki Amalia dulu..(Gawat, sepertinya akan sulit untuk pulang ke rumah kalian.. lebih baik kita mengobati kaki Amalia dulu..)", kata kak Ratih.

Tak ada pilihan, Andrea dan Amalia mengikuti saran kak Ratih. Merekapun kembali menuju rumah kak Ratih.

Sesampai di rumah kak Ratih, dia menyiapkan sebuah kamar untuk Andrea dan Amalia. Sebuah kamar bernuansa merah muda, kamar yang cantik untuk sebuah rumah di tengah hutan. Terdapat beberapa boneka juga di kamar itu.

"Wah, kamar ko rancak bana ni (Wah, kamar ini cantik sekali kak)", kata Andrea.

"Oh, iyo yo.", jelas kak Ratih singkat."

Kak Ratih membuatkan dua gelas susu hangat untuk kedua anak kembar itu. Mereka terlihat sangat menikmati susu itu dan merasakan kehangatan. Setelah itu, mereka tertidur lelap.

Malam begitu sunyi, hanya terdengar sayup-sayup suara binatang malam. Tangan kak Ratih meraih gagang pintu, ia menatap tajam kedua anak kembar yang manis dan kurus itu. Di dalam hatinya, ia menginginkan anak-anak itu tidak pernah meninggalkan rumahnya, selamanya.

***

Sementara itu, di dalam sebuah kamar yang sangat kecil, hanya terdapat sebuah kasur, meja belajar dan lemari kecil. Disanalah ayah Andrea dan Amalia tinggal di kota. Dia baru saja pulang dari tempatnya bekerja, di sebuah bank.

Dia terlihat menunggu jawaban telepon dari istrinya. Perasaannya malam itu terasa tidak enak, sehingga dia mencoba menghubungi istrinya, untuk menanyakan kabar anak-anaknya. Sayangnya, telepon itu tidak dijawab.

Dia benar-benar merasa semakin khawatir. Tidak tahu harus menghubungi siapa, untuk pulang ke rumahpun tidak mungkin, karena esok ia harus bekerja di kantor. Dia baru bisa pulang malam sabtu.

Ayah si kembar memutuskan untuk sholat dan berdo'a saja, meminta pertolongan kepada Allah SWT, agar kedua putrinya selalu dilindungi dan diberikan kesehatan.

Setelah itu, Ayah si kembar mengirimkan pesan kepada istrinya, menanyakan bagaimana kabar di rumah. Dia berharap, semoga istrinya membalas pesan itu. 

***

Pagi itu, Andrea dan Amalia terbangun dalam keadaan sedikit bingung, namun kemudian mereka tersadar, mereka berada di rumah kak Ratih. 

Kak Ratih mengajak mereka untuk sarapan. Mereka menerima ajakan itu dengan senang hati. Sebelum makan, mereka mencuci muka dan bersih-bersih. 

Kaki Amalia masih sakit, dia terpaksa sarapan di kamar. Andrea dan kak Ratih makan di meja. Setelah makan, kak Ratih mengajak mereka bermain dan membaca buku. Di rumahnya, ada beberapa mainan anak perempuan dan buku anak-anak. Andrea dan Amalia juga bisa mengganti baju mereka, dari lemari baju yang ada di kamar bernuansa merah muda itu.

Ketika mereka sedang membaca buku, tiba-tiba seorang laki-laki berumur 50 tahunan, dan berkumis masuk ke rumah itu. Dia tampak terkejut melihat ada dua anak perempuan kembar disana.

"Andrea, Amalia.. uni pai dulu sabanta yo, samo suami uni..kalian dirumah dulu yo.. uni cuma sabanta sajo nyo.. (Andrea, Amalia.. kakak mau pergi dulu sebentar ya, sama suami kakak..kalian dirumah dulu ya.. kakak cuma sebentar saja kok..)", kata kak Ratih.

"Iyo, ni..", jawab Andrea dan Amalia.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer